Terapung di Laut Pasifik Selama 50 Hari | | | |
Suva, (Analisa).
Anak laki-laki Samoa (tengah), dua dari tiga remaja dari kepulauan Tokelau, dikawal setibanya mereka di Pangkalan AL Stanley Brown di Suva, Fiji, Jumat (26/11). Mereka selamat meski terapung selama 50 hari.
Tiga remaja laki-laki yang hanyut selama 50 hari dengan perahu kecil di Samudra Pasifik Selata, akhirnya tiba di pantai Jumat (26/11). Tiga anak tersebut -- Samuel Pelesa dan Filo Filo, kedua berusia 15 tahun, dan Edward Nasau, 14 tahun -- menjelaskan kepada para penyelamat mereka tetap hidup berkat air hujan yang mereka kumpulkan, beberapa buah kelapa, ikan mentah dan seekor burung camar yang hinggap pada perahu aluminium mereka sepanjang 3,5 meter.
Tiga anak laki-laki itu berangkat pada 5 Oktober dari pulau asal mereka ke sebuah pulau terdekat. Tidak diketahui bagaimana mereka bisa hilang, tapi mesin tempel mungkin alami kerusakan di laut. Para anggota keluarga yang cemas melaporkan mereka hilang dan AU Selandia Baru melakukan pencarian di laut. Tidak ada perahu kecil itu ditemukan dan desa berpenduduk 500 jiwa itu mengadakan kebaktian doa mengira mereka tidak pernah melihat tiga anak laki-laki itu lagi.
Mereka diselamatkan Rabu (24/11) oleh sebuah kapal pukat harimau dalam keadaan lapar, dihidrasi gawat dan terbakar kena sinar matahari, tapi dalam keadaan baik. Kelasi kelas satu kapal itu mengatakan kawasan tempat mereka berada tidak berada dalam rute pelayaran komersil normal. Mereka hanyut sejauh 1.300 kilometer dari tempat mereka berangkat -- Tokelau, sebuah gugusan pulau karang utara Samoa yang merupakan wilayah Selandia Baru.
Sebuah kapal patroli AL Fiji bertemu dengan kapal pukat harimau itu Jumat dan mengawalnya ke pelabuhan ibukotanya, Suva. Tiga remaja itu disambut oleh para pejabat konsuler Selandia Baru dan langsung dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan medis. Tampak kurus, tiga remaja itu turun dari kapal tanpa menjelaskan kepada para wartawan.
Tai Fredricsen, kelasi kelas satu kapal tuna San Nakuna, mengatakan seorang anggota awak kapal melihat sebuah perahu kecil terombang-ambing di laut lepas timurlaut Fiji, Rabu (24/11). “Kami tahu itu merupakan benda aneh kecil,” katanya.
Ketika kapal itu berada lebih dekat untuk menyelidiki, awak kapal itu melihat tiga orang berada di dalam perahu melambaikan tangan dengan rasa takut dan menanyai mereka apakah mereka memerlukan bantuan.
“Semua serentak mengatakan “terima kasih banyak karena bersedia berhenti,” kata Fredicsen kepada Radio Nasional Selandia Baru. “Dari segi fisik, mereka tampak letih,tapi dari segi rohani -- sangat tinggi