Pemasangan kiswah untuk melindungi Kabah dari kotoran, debu, dan panas matahari.
Rumah Allah SWT, Kabah, saat ini selalu terlihat cantik dengan kain penutup warna hitam yang dihiasi kaligrafi warna keemasan. Kain tersebut biasa disebut kiswah. Sayangnya, sejarah kain penutup Kabah ini tak banyak diketahui orang. Selama ini, kebanyakan jamaah haji hanya melakukan ibadah thawaf mengelilingi Kabah tujuh putaran untuk memenuhi salah satu rukun haji. Mereka tidak tahu mengapa Kabah ditutupi kaip, dan bagaimana sejarahnya. Sebenarnya, tujuan utama dari pemasangan kain itu adalah untuk melindungi dinding Kabah dari kotoran, debu, serta panas matahari yang dapat membuat bangunan Kabah cepat rusak. Selain itu, kiswah juga berfungsi sebagai hiasan agar Kabah terlihat indah. Kiswah sendiri berasal dari kata kasa yaksu yang artinya memakai1.
Mengenai sejarahnya, ada yang menyebutkan bahwa penggunaan kiswah sebagai penutup bangunan Kabah sudah dilakukan sejak Nabi Ibrahim AS membangun kembali Baitullah. Namun, ada juga yang mengatakan kiswah mulai dipasang pada masakepemimpinan Raja Himyar Asad Abu Bakr dari Yaman.
Pada masa Qusay ibnu Kilab, salah seorang leluhur Nabi Muhammad yang terkemuka, pemasangan kiswah pada Kabah menjadi tanggungjawab masyarakat Arab dari suku Quraisy. Sedangkan pada masa Rasulullah SAW, Rasulullah sendiri yang memasang kiswah ke Kabah. Kebiasaan ini kemudian diteruskan oleh para khalifah selanjutnya.
Pada era Kekhalifahan Abbassiyah, Khalifah ke-4 al-Mahdi memerintahkan supaya kiswah dibuat dari kain sutra Khuz. Pada masa pemerintahannya, kiswah didatangkan dari Mesir dan Yaman.
Selanjutnya, setelah Kekhalifahan Abbasiyah runtuh, Raja Shaleh Ismail Qalawun yang berkuasa membangun tiga perkampungan sebagai tempat perajin tenun sutra untuk membuat kain kiswah. Selanjutnya, pada 947 H, Pangeran Salin Khan al-Usmani menambah perkampungan tersebut menjadi tujuh.
Namun dalam perkembangan kemudian, penguasa Mesir mendapat kepercayaan untuk membuat kiswah. Pembuatan kiswah di Mesir ini berlangsung sejak Mesir di bawah kekuasaan Sultan Sulaiman sekitar tahun 950 H hingga pemerintahan Muhammad Ali Pasha sekitar akhir tahun 1920.
Setiap tahun, kiswah-kiswah indah yang dibuat di Mesir itu diantar ke Makkah melalui jalan darat dengan menggunakan tandu indah yang disebut mah-mal. Kiswah beserta hadiah-hadiah lain di dalam mahmal, datang bersamaan dengan rombongan haji asal Mesir yang dikepalai oleh seorang amirul hajj.
Namun, pada saat Perang Dunia Imeletus, pengiriman kiswah dari Mesir pernah terlambat hingga awal bulan Dzulhijjah. Melihat situasi yang kurang baik, penguasa Kerajaan Arab Saudi, Raja Abdul Aziz bin Saud (pendiri Kerajaan Arab Saudi), mengambil keputusan untuk membuat kiswah sendiri. Pabrik kiswah tersebut dibangun di Kawasan Ummul Jud, Makkah, yang kini merupakan kawasan elite di Makkah. Sejak itu, kiswah selalu dibuat sendiri oleh pemerintah Arab Saudi. Luas pabrik kiswah mencapai 10ribu meter persegi.
Di pabrik tersebut, pembuatan kiswah dilakukan dengan menggunakan mesin tenun modern. Seluruh proses persiapan, mulai dari perencanaan, pembuatan gambar prototipe kaligrafi, pencucian benang sutra, perajutan kain dasar, pembuatan benang dari berkilo-kilo emas murni dan perak hingga pada pemintalan kaligrafi dari benang emas maupun perak, dilakukan dengan melibatkan sekitar 240 tenaga ahli.
Menurut catatan sejarah, kiswahpenutup Kabah tersebut, tidak selalu berwarna hitam. Kiswah pertama yang dibuat di Yaman, awalnya berupa kain tenun warna merah berlajur-lajur. Sedangkan pada masa Khalifah Mamun ar-Rasyid, kiswah dibuat dengan warna dasar putih.
Kiswah juga pernah dibuat berwarna hijau atas perintah Khalifah An-Na-sir dari Bani Abbasiyah (sekitar abad ke-16 M), bahkan pernah dibuat berwarna kuning berdasarkan perintah Muhammad ibnu Sabaktakin, juga dari Dinasti Abbasiyah.
Namun, sejak Kalifah al-Mamun dari Dinasti Abbasiyah, diputuskan bahwa kiswah tetap berwarna hitam. Hingga saat ini, meskipun kiswah diganti setiap tahun, tetapi warnanya selalu hitam.
Dengan Kabah setinggi 14 meter, berat sutra yang digunakan untuk kiswah tersebut mencapai 670 kg. Sedangkan untuk hiasannya yang berupa pintalan benang emas, dibutuhkan 120 kg emas dan benang perak beberapa puluh kilogram. Total dana yang dibutuhkan untuk membuat kiswah tersebut, mencapai Rp 50 miliar.
Setiap tahun, menjelang musim haji, Kabah dicuci dan kiswah diganti dengan yang baru. Usai pencucian, biasanya Raja Fahd mengundang tokoh-tokoh negara sedunia menjadi tamu kerajaan, kemudian memberi kesempatan kepada tamu-tamunya untuk masuk ke dalam Kabah. Selanjutnya, kiswah yang lama akan digunting dan dibagi-bagikan kepada tamu-tamu tertentu yang dipandang olehrdja-pantas menyimpannya. ed eko widiyatno
Entitas terkait
0ribu | Arab | Dinasti | Kabah | Kain | Kalifah | Kebiasaan | Kekhalifahan | Khalifah | Kiswah | Luas | Mahdi | Makkah | Mamun | Mengenai | Mesir | Miliar | Muhammad | Pabrik | Pemasangan | Pembuatan | Qusay | Rasulullah | Saud | Total | Usai | Usmani | Bani Abbasiyah | Dengan Kabah | Kawasan Ummul | Kekhalifahan Abbasiyah | Kerajaan Arab | Khalifah Mamun | Nabi Muhammad | Perang Dunia | Raja Fahd | Rumah Allah | Sultan Sulaiman | Muhammad Ali Pasha | Nabi Ibrahim AS | Oleh Yasmina Hasni | Pangeran Salin Khan | Raja Abdul Aziz | Selimut Kabah Rp | Raja Shaleh Ismail Qalawun | Raja Himyar Asad Abu Bakr |
Ringkasan Artikel Ini
Sebenarnya, tujuan utama dari pemasangan kain itu adalah untuk melindungi dinding Kabah dari kotoran, debu, serta panas matahari yang dapat membuat bangunan Kabah cepat rusak. Pada masa Qusay ibnu Kilab, salah seorang leluhur Nabi Muhammad yang terkemuka, pemasangan kiswah pada Kabah menjadi tanggungjawab masyarakat Arab dari suku Quraisy. Sedangkan pada masa Rasulullah SAW, Rasulullah sendiri yang memasang kiswah ke Kabah. Seluruh proses persiapan, mulai dari perencanaan, pembuatan gambar prototipe kaligrafi, pencucian benang sutra, perajutan kain dasar, pembuatan benang dari berkilo-kilo emas murni dan perak hingga pada pemintalan kaligrafi dari benang emas maupun perak, dilakukan dengan melibatkan sekitar 240 tenaga ahli. Kiswah juga pernah dibuat berwarna hijau atas perintah Khalifah An-Na-sir dari Bani Abbasiyah (sekitar abad ke-16 M), bahkan pernah dibuat berwarna kuning berdasarkan perintah Muhammad ibnu Sabaktakin, juga dari Dinasti Abbasiyah. Dengan Kabah setinggi 14 meter, berat sutra yang digunakan untuk kiswah tersebut mencapai 670 kg. Setiap tahun, menjelang musim haji, Kabah dicuci dan kiswah diganti dengan yang baru